JAKARTA- Kekisruhan yang tengah melanda sepakbola Indonesia ternyata sudah meluas hingga panggung internasional. Salah satu media terbesar di Amerika Serikat, New York Times bahkan juga ikut menyoroti kisruh di PSSI.
Adalah Aubrey Belford, salah seorang jurnalis di NY Times yang mengangkat polemik yang tengah terjadi di PSSI, terkait pemilihan calon ketua umum baru periode 2011-2015.
Dalam artikelnya kali ini, Aubrey juga menyoroti sikap Ketua Umum saat ini Nurdin Halid yang keukeuh menolak mundur dan terkesan ingin kembali menjabat sebagai Ketum untuk ketiga kalinya.
Aubrey menilai, Nurdin merupakan sosok pemimpin diktator yang tidak bisa mendengar suara masyarakat pecinta sepakbola di Ibukota maupun daerah yang belakangan ini tak henti-hentinya menyuarakan agar dirinya segera meletakan jabatan.
Padahal, dalam statuta FIFA sudah jelas bahwa latar belakang pria asal Bugis ini tidak memenuhi syarat sebagai ketua. Nurdin diketahui sempat dihukum penjara lantaran kasus korupsi.
Dalam tulisannya tertanggal 3 Maret kemarin, Aubrey juga menceritakan tentang kegagalan dua bakal calon (balon) ketua umum yakni KSAD Jenderal George Toisutta dan Arifin Panigoro lolos verifikasi. Dinilainya, kegagalan kedua sosok diatas tak lepas dari peran Nurdin yang tak ingin kalah, karena sadar Toisutta dan Arifin mendapat dukungan dari masyarakat.
Terakhir, Aubrey juga membeberkan isi pernyataan yang dilontarkan Nurdin dalam sidang dengan pendapat dengan anggota Komisi X DPR RI, Selasa kemarin. Salah satu yang paling mencolok adalah saat Nurdin menangis dan mengaku sempat diancam dibunuh oleh salah satu petinggi negara.
Untuk menguatkan artikelnya ini, New York Times dalam hal ini Aubrey menunjuk pengamat sepakbola, Tondo Widodo yang notabene mantan anggota PSSI, sebagai narasumber.
Tondo sendiri mengakui bahwa kisruh yang tengah terjadi di PSSI dan maraknya aksi demo menuntut Nurdin turun, merupakan titik kulminasi masyarakat yang sudah muak dengan kepemimpinan Nurdin selama sembilan tahun terakhir, namun tanpa prestasi.
“Anda tanya saja pada semua orang di jalan, mereka tidak harus seorang yang intelek, anda juga bisa tanya kepada sopir taksi. Mereka semua pasti malu. Mereka tidak suka dengan apa yang telah dilakukan Nurdin dan kroni-kroninya selama memimpin PSSI,” pungkasnya.
Merujuk pada putusan rapat Eksekutif Komite (EXCO) FIFA, kemarin, yang meminta PSSI untuk segera membentuk komite pemilihan yang independen dan melakukan pemilihan ketua sebelum 30 April mendatang, maka bisa dikatakan, nasib Nurdin dan seluruh kroninya hanya tinggal menunggu waktu saja.
0 komentar:
Posting Komentar