Proses penjualan tiket semi final AFF di Gelora Bung Karno.(foto:Sindo)
JAKARTA – Tingginya harga tiket final legkedua Piala AFF 2010 di Stadion Utama Gelora Bung Karno membuat Panitia Lokal (LOC) Piala AFF 2010 Jakarta dan PSSI kebanjiran kecaman.
LOC telah merilis harga tiket laga pamungkas, Senin (20/12). Tiket yang dibanderol sangat mengejutkan. LOC memberi label tertinggi Rp1 juta untuk kelas VVIP dengan kuota 671 atau ditambah 271 lembar. Harga tersebut naik 100% dari laga semifinal. Adapun untuk kategori dua dan tiga harga tiket naik 50%. Ketua Umum Jakmania, Larico Ranggamone mengatakan, harga tiket yang ditetapkan LOC Jakarta terlalu tinggi.
“Harga tiket terlalu tinggi untuk ukuran kami. Seharusnya penetapan harga tiket juga memikirkan kelompok suporter yang sebenarnya. Bukannya justru bersikap kapitalis karena tingginya permintaan,”ungkapnya kemarin. Bukan hanya harga, suporter juga mengeluhkan terbatasnya kuota untuk mereka. Pada semifinal leg kedua, banyak suporter yang telantar di luar Stadion Utama Gelora Bung Karno karena kalah bersaing dengan calo.
“Kalau harga sudah disesuaikan,kami menuntut kepastian kuota. Jangan sampai suporter asli yang selalu mendukung sepak bola dari tingkat klub tersisih oleh suporter dadakan,”imbuh Larico. Jakmania selama penyelenggaraan semifinal sebelumnya dijanjikan kuota 7.000 lembar tiket. Namun, realisasinya hanya 3.000 lembar tiket. Tingginya harga tiket semakin mengatrol pendapatan LOC.
Untuk leg kedua final Piala AFF,LOC memproyeksikan pendapatan Rp10,5 miliar dari penjualan tiket. Mereka diperkirakan mendapatkan keuntungan sekitar Rp7 miliar lantaran beban biaya maksimal penyelenggaraan pertandingan hanya Rp3,5 miliar. Pendapatan tersebut jauh lebih besar dari semifinal. Pada dua laga knock-out tersebut, LOC mendapatkan pendapatan kotor Rp13,6 miliar.Beban penyelenggaraan dua laga semifinal itu berkisar Rp4–5,5 miliar.
“Animo masyarakat memang tinggi,tapi kami harus menghargai strata AFF Suzuki Cup (Piala AFF). Event ini antarnegara dan sekarang memasuki tahap akhir. Sebentar lagi tim juara akan ditentukan. Adrenalin pasti meningkat. Nilai yang dikeluarkan penonton sebanding dengan itu,”ujar Ketua LOC Piala AFF 2010 Cup 2010 Indonesia Joko Driyono. Menurut Joko,yang juga Direktur PT Liga Indonesia,pendapatan dari hasil penjualan tiket sepenuhnya akan diserahkan kepada PSSI.
“Untuk siapa nanti keuntungan itu? Itu terserah PSSI mau diapakan. Karena sebagai panitia kami hanya menerima uang itu dan memberikannya kepada PSSI,”katanya. Joko menambahkan,LOC juga sudah mengantisipasi potensi kerusuhan terutama pada pembelian tiket secara manual. Aparat kepolisian sudah disiapkan untuk menjaga lima loket penjualan. Demi menjamin kenyamanan pembeli,LOC juga menyediakan tiga posko kesehatan dan keluhan.
Namun, LOC mengklaim kesulitan meredam aktivitas calo. Pada laga semifinal Piala AFF 2010, aktivitas calo sempat mendapat sorotan karena menimbun tiket. Seorang calo bahkan sempat dihakimi calon pembeli tiket. Berdasar pengalaman harian Seputar Indonesia (SINDO), harga tiket final Piala AFF 2010 di Stadion Utama Gelora Bung Karno masih tergolong mahal apabila dibandingkan pertandingan sepak bola internasional maupun ligaliga di Eropa.
Di Inggris,tiket untuk menonton tim nasional maupun klub Liga Primer kategori timur gawang berkisar di angka 40 pounds atau sekitar Rp560.000.Belum lagi bila mempertimbangkan feedback yang didapatkan penonton. Suguhan menarik dari para bintang kelas dunia, pelayanan maksimal dari para petugas keamanan, rasa aman dan nyaman, serta pengalaman yang tak terlupakan. Semua kategori tiket dapat dibeli online jauh sebelum hari H pertandingan dan diantar ke alamat tujuan.
Melalui situs, penonton juga bisa melihat view dari tempat duduk yang dipesan sehingga tidak ada istilah beli kucing dalam karung. Selain itu,aspek sosial dan pembangunan karakter juga diperhatikan sedemikian rupa.Wajib hukumnya bagi setiap klub profesional atau tim nasional di Inggris untuk mengalokasikan tiket bagi para penyandang cacat dengan harga khusus.Asisten khusus disediakan untuk menemani mereka apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.
Setiap uang yang dikeluarkan fans untuk membeli tiket pertandingan selama bertahun-tahun merupakan “poin plus” yang dihargai begitu tinggi dan diwujudkan dalam bentuk reward tertentu. Misalnya,kesempatan bertemu langsung dengan pemain idola mereka,menyaksikan secara gratis sesi latihan, merchandise secara cuma-cuma sampai prioritas dalam membeli tiket pertandingan. Pendek kata, setiap uang yang dikeluarkan fans mendapat timbal-balik yang setimpal. Situasi hampir sama ditemukan di pertandingan Liga Champions.
Ketika wakil Swiss FC Basel berlaga misalnya, harga tiket pertandingan dijual beragam.Paling murah dibanderol 35 CHF (Rp330.000) dan yang tertinggi dijual 120 CHF (Rp1.330.000). Contoh lain, klub Liga Primer Manchester United (MU). Sesaat setelah mengetahui lawannya di fase knock-outLiga Champions,MU merilis harga tiket pertandingan. Salah satu unggulan turnamen klub paling bergengsi di Benua Biru ini mematok harga 32-54 pounds (Rp450.000-755.000) untuk laga kandang.
Bila MU lolos ke perempat final, fans harus merogoh kocek 34- 56 pounds (Rp476.000-783.000) untuk menyaksikan Wayne Rooney dkk beraksi. Satu hal yang pasti, harga tiket tidak mungkin menjadi lebih mahal menjelang laga berlangsung. Pengalaman serupa juga pernah dialami SINDOdi Piala Dunia 2010. Sejak Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) merilis harga 64 pertandingan, hingga turnamen yang berlangsung di Afrika Selatan (Afsel) itu selesai,harga tiket tidak pernah berubah.
Agar warga Afrika bisa menyaksikan laga Piala Dunia, FIFA bahkan sengaja menjual tiket dalam empat kategori. Kategori IV dikhususkan untuk warga pribumi (warga Afsel dan Afrika lainnya) dengan harga lebih miring dibandingkan kategori lainnya. Di partai puncak harga tiket kategori ini dibanderol USD150 (Rp1.350.000). Keputusan FIFA memberi harga “istimewa” bagi warga lokal layak diacungi jempol. Federasi yang bermarkas di Zurich, Swiss, ini memahami dengan betul antusiasme warga tuan rumah ketika sebuah turnamen besar berlangsung di negaranya.
Terlebih bila sang tuan rumah yang berlaga di partai puncak. Baik di kompetisi lokal liga-liga Eropa, Liga Champions, maupun partai Piala Dunia, harga tiket berlaku fixed price.Ini artinya tidak mungkin tiket akan menjadi lebih tinggi menjelang pertandingan berlangsung.Kecuali jika membeli lewat jalur calo. “Itu harga resmi di Liga Champions. Tiket sudah ludes dalam hitungan menit di penjualan online.
Di pasar gelap, harga bisa meloncat hingga sepuluh kali lipat,” kata Kurt, calo tiket yang biasa bertransaksi lewat internet. SINDO pernah bertransaksi dengan Kurt untuk mendapat tiket laga babak Grup E,FC Basel kontra FC Bayern Muenchen,dan terpaksa membayar 150 CHF (Rp1.412.000) untuk harga yang semula 35 CHF (Rp330.000).
Suporter Malaysia Juga Protes
Walau tidak senyaring protes pendukung Merah Putih, pencinta Harimau Malaya––julukan Timnas Malaysia––juga menyatakan keberatan meroketnya harga final pertama yang berlangsung di Bukit Jalil, Malaysia, Minggu (26/12). Padahal jika dibandingkan dengan harga di Jakarta,kenaikan tiket di legpertama tidak terlalu signifikan. Panitia Piala AFF (LOC) Malaysia ‘hanya’ menaikkan harga RM10 (Rp29.000) dari banderol awal.
Kini tiket partai puncak di Bukit Jalil dilabeli harga RM50 (Rp145.000) untuk kategori I dan RM30 (Rp87.000) untuk kategori II.”Kalau perlawanan biasa cuma RM15 dan kini naik lagi seumpama menangguk di air yang keruh (Dalam pertandingan biasa tiket hanya RM15 dan kini harga naik lagi seperti sengaja mengambil keuntungan),” ujar seorang suporter Malaysia yang berbasis di Kelantan dalam blogpribadinya.
Untuk partai final legpertama di Bukit Jalil, LOC Malaysia menyediakan 15.000 lembar tiket untuk suporter Tim Garuda.Antusiasme masyarakat Indonesia untuk berangkat ke Negeri Jiran juga sangat tinggi.Beberapa agen perjalanan di Ibu Kota mengaku kewalahan meladeni permintaan tiket pesawat ke Malaysia. “Kebanyakan sudah sold out,” ungkap staf biro perjalanan di kawasan Jakarta Pusat.
0 komentar:
Posting Komentar